KENAPA BELAJAR ILMU AGAMA (MENGAJI) ?
Oleh: Al Faqir Ila Robbihi Muhammad Anis Djauhari
Ilmu mempunyai derajat tertinggi disisi Allah Ta’ala. Artinya, setelah derajat kenabian dan kerasulan, tidak ada derajat yang lebih tinggi daripada ilmu disisi Alla Ta’ala.(Lihat Ihya’ 1/7). Karena ilmu adalah imamnya amal (ibadah). Disini, Alfaqir akan menerangkan sebagian hujjah wajibnya setiap muslim untuk belajar agama(mengaji), hususnya ilmu yang fardlu ain. Sebenarnya hujjah wajibnya seorang muslim belajar ilmu agama tidak hanya terbatas yang Al Faqir sebutkan ini saja, tapi masih banyak alasan lain yang tidak Alfaqir sebutkan. Karena Al Faqir yakin, orang yang membaca tulisan ini dan faham, namun hatinya belum diberi hidayah oleh Allah Ta’ala untuk belajar agama, maka sejuta alasanpun percuma untuk dia. Sedangkan orang yang diberi hidayah oleh Allah Ta’ala, satu alasan saja dalam tulisan ini, sudah cukup membuatnya belaja ilmu agama, hususnya ilmu yang fardlu ain, yaitu ilmu tauhid, Syariat (Fiqh) dan Tasawwuf. Karena setiap alasan yang disebutkan dalam tulisan ini adalah hujjah yang kuat dan tidak terbantahkan. ( Lihat dalam kitab Minhajul Abidin Hal. 7)
Inilah sebagian hujjah wajibnya seorang muslim belajar (mengaji) agama :
- Memenuhi kewajiban yang telah ditetapkan oleh Allah Ta’ala dan Rasulnya.
قال رسول الله صلى الله عليه و سلم طلب العلم فريضة على كل مسلم
Artinya : Rasulllah Sallallahu Alaihi Wasallam bersabda: Mencari Ilmu itu wajib bagi setiap muslim
Yang dimaksud ilmu yang wajib dicari oleh setiap muslim adalah ilmu tauhid, Syariat (Fiqh) dan Tasawwuf ( Lihat dalam kitab Minhajul Abidin Hal. 7) .Ulama menerangkan bahwa kewajiban belajar ketiga ilmu diatas tidak bisa dihalangi oleh siapapun yang namanya mahluk, karena belajar ilmua agama adalah kewajiban yang diwajibkan oleh sang pencipta yaitu Allah Ta’ala dan Rasulnya . Bahkan orang tua yang tidak bisa mencukupi kebutuhan anaknya akan ilmu agama berkewajiban menyuruh anaknya belajar ilmu agama , begitu juga suami yang tidak mencukupi istrinya akan ilmu agama. Bahkan orang tua yang membiarkan anaknya bodoh, akan memperoleh setiap dosa yang dilakukan anaknya, sebagaimana sabda Nabi :
يا معشر المسلمين من رزقه الله تعالى بولد فعليه بتأديبه وتعليمه فإن من علم ولده وأدبه رزقه الله شفاعته ومن ترك ولده جاهلا كان كل ذنب عمله عليه
Artinya: Wahai golongan muslimin ! Barang siapa diberi anak oleh Allah Ta’ala, maka wajib baginya mendidik tatakrama dan mengajarinya ilmu. Sesungguhnya orang yang mengajari ilmu dan mendidik tatakrama anaknya, maka oleh Allah akan diberi syafaat dari anaknya. Dan barang siapa membiarkan anaknya bodoh, maka dia akan memperoleh setiap dosa yang dilakukan anaknya.
( Lihat keterangannya dalam kitab Fathul Wahhab 2/ 171 Dan Al Bajuri 1/113, Tanqihul Qoul 51)
- Karena Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam bersabda :
“من يرد الله به خيرا يفقهه في الدين” متفق عليه
Artinya: Barang siapa dikehendaki baik oleh Allah, maka Allah akan memahamkannya ilmu agama.
Mafhum mukholafah dari hadits diatas , berarti orang yang tidak belajar ilmu agama , berarti tidak dikehendaki baik oleh Allah. ( Lihat keterangannya dalam kitab Subbulus Salam 4/205, Faidul Qodir 1/333)
- Taat kepada Allah Ta’ala adalah wajib. Kita tidak mungkin bisa taat kepada Allah tanpa mengetahui hukum-hukum Allah, baik didalam tatacara berhubungan dengan Allah maupun dengan sesama mahluk. Dan kita tidak mungkin tahu hukum-hukum Allah tanpa kita belaja (mengaji) agama. Seumpama kita pergi ke Surabaya , kita ingin taat pada rambu-rambu lalu lintas, kita tidak mungkin bisa taat pada rambu-rambu lalu lintas, bila kita tidak tahu rambu-rambu lalu lintas. Kita tidak tahu kalau lampu merah berarti harus berhenti, kita tidak tahu rambu dilarang parkir, kita tidak tahu rambu dilarang putar balik dan sebagainya. Mana mungkin kita bisa taat rambu-rambu lalu lintas. Itu hanya ke surabaya. Lalu bagaimana kita bisa taat kepada Allah dalam mengarungi kehidupan dunia sementara kita tidak tahu hukum-hukum Allah , dan bagaimana mungkin kita tahu hukum-hukum Allah tanpa belajar agama( mengaji), oleh karena itu disebutkan oleh para ulama :
لو أن رجلا عبد الله عبادة ملائكة السماء بغير علم كان من الخاسرين
Artinya: Andaikan ada seorang lelaki beribadah kepada Gusti Allah Ta’ala seperti ibadahnya malaikat yang ada di langit, tapi tidak disertai dengan ilmu,maka tetap dia termasuk orang-orang yang rugi. (Lihat Khozinatul Asror Hal. 24)
- Majlis ilmu adalah pertamanan surga sebagaimana disebutkan dalam hadits yang sudah masyhur. Orang yang didunia sudah menjadi penghuni taman surga, insya Allah lebih mudah masuk surga dari pada orang yang didunia menjahui taman surga.( Lihat Adabul Alim Wal Mutaallim Hal.15)
- Menghadiri majlis ilmu yang berfaham Ahlussunnah wal jamaah menjadi filter dari pengaruh-pengaruh aliran sesat. Sebab bila orang tersebut sudah berisi ilmu yang berfaham Aswaja ,lalu suatu saat ada orang mempengaruhi dengan faham sesat, maka ilmunya akan menyaring “ Faham ini kok beda ya dengan yang diajarkan guru saya”. Berbeda dengan orang yang masih kosong dari ilmu , dia akan percaya saja dengan apa yang disampaikan orang lain kepada dia, walaupun yang disampaikan tersebut sesat. Karena dia tidak bisa menyaring mana yang benar dan mana yang salah. Akhirnya ikut pemahaman yang sesat,sementara dia tidak menyadarinya.
- Cinta kepada Allah ,Rasulullah,Ulama,Aulia dan solihin hukumnya adalah wajib. Bagaimana mungkin seseorang akan mencintai Allah, Rasulnya, Ulama dan Solihin, sementara dia tidak tahu siapa Allah dan bagaimana sifat-sifatnya. Dia tidak tahu Rasullah dan bagaimana ahlaknya. Dia tidak tahu siapa Ulama dan Sholihin. Dan bagaimana mungkin dia tahu tanpa belajar (mengaji)agama. Karena dimajlis-majlis ilmulah ditanamkan kecintaan kepada Allah Ta’ala, Rasulullah ,Ulama, Aulia dan Sholihin. (Lihat keteranngannya dalam kitab Ihya’ Ululumiddin 4/286 dan 293).
- Karena majlis ilmu adalah sumber keberkahan. Karena barokah itu buah dari ridhonya Allah, sedangkan ridhonya Allah itu buahnya taat, sedangkan taat itu buahnya ilmu yang bermanfaat. Dalam sebagian kalamnya Allah Ta’ala berfirman : إذا أطعت رضيت وإذا رضيت باركت وليس لبركتى نهاية
Artinya: Jika sya ditaati, maka saya ridho. Jika saya ridho ,maka saya memberi barokah, dan barokah saya tidak terbatas. (Lihat kitab Al Jawabul Kafi 1/48, Al Fathurrobbani Hal.153)
- Karena ada hadits :
سيأتي زمان على أمتي يفرون من العلماء والفقهاء فيبتليهم الله بثلاث بليات أولاها يرفع الله البركة من كسبهم والثانية يسلط الله تعالى عليهم سلطانا ظالما والثالثة يخرجون من الدنيا بغير إيمان
Artinya : Akan datang suatu masa dimana umatku lari dari ulama dan fuqoha (orang-orang yang mengerti agama) , maka Allah mendatangkan tiga bala’. Yang pertama Allah akan mencabut barokah dari penghasilan mereka. Yang kedua akan dikuasakan pada mereka penguasa yang dholim. Yang ketiga mereka akan mati tanpa membawa iman. Naudzubillahi min dzalik
( Lihat kitab Nashoihul Ibad Hal. 4)
- Karena dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda :
اطلعت ليلة المعراج على النار فرأيت أكثر أهلها الفقراء قالوا يا رسول الله أمن المال قال لا, من العلم
Artinya: Pada malam mi’roj saya melihat neraka, ternyata kebanyakan penghuninya adalah orang-orang faqir. Kemudian sahabat bertanya “ Apakah faqir harta wahai Rasulullah? Rasulullah menjawab:” Bukan, tapi faqir ilmu”.
( Lihat Khozinatul Asror Hal. 24)
- Al Imam Ghozali dalam kitabnya Ihya Ulumiddin 1/ 8 menyebutkan bahwa hati bisa hidup tatkala disiram dengan ilmu. Bila hati tidak disiram dengan ilmu, maka hati akan mati , kalau hati sudah mati, maka tidak mudah menerima nasehat, bila mendengar nasehat tentang akhirat, maka nasehat tersebut masuk dari telinga kanan dan langsung keluar dari telinga kiri. Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda:
إذا مضى على المؤمن أربعون صباحا ولم يجالس العلماء قسى قلبه وجسر على الكبائر لأن العلم حياة القلب
Artinya: Bila seorang mukmin sampai lewat empat puluh hari tidak duduk (mengaji) pada para ulama , maka hatinya akan keras dan berani melakukan dosa besar, karena ilmu adalah penyebab hidupnya hati.
( Lihat Wasiyatul Mustofa Hal. 11)
- Ilmu Adalah Filter dari perbuatan maksiat. Orang tua yang ingin anaknya tidak mencuri, kemudian anak tersebut diberi uang saku yang banyak, tapi dia tidak dididik dengan ilmu agama supaya tertanam dihatinya rasa takut kepada Allah Ta’ala adalah salah cara dalam mendidik anak. Anak tidak akan berhenti dari mencuri hanya dengan diberi uang saku yang banyak .Tapi orang tidak akan mencuri kalau dihatinya tertanam rasa takut dan taat kepada Allah. Dengan bukti kebanyakan para koruptor justru dari orang-orang kaya. Sementara kita tahu banyak orang-orang yang mengaji dengan sungguhan, takut mengambil uang yang berceceran ditanah, padahal hidupnya pas-pasan. Sebabnya adalah karena didalam hatinya tertanam rasa takut serta taat kepada Allah. Dan dimajlis-majlis ilmu itulah ditanamkan rasa taat dan takut kepada Allah Ta’ala .
- Dalam kitab zubad disebutkan وكل من بغير علم يعمل #أعماله مردودة لا تقبل
Artinya: Setiap orang yang beramal (ibadah) tanpa ilmu, maka amalnya ditolak oleh Allah dan tidak diterima.
Hal tersebut karena ilmu adalah imamnya amal (ibadah). Oleh karena itu, tatkala Rasulullah menerangkan bahwa menghadiri majlisnya orang alim itu lebih utama daripada sholat seribu rokaat, menjenguk seribu orang sakit dan menghadiri seribu jenazah, lalu sahabat bertanya,” Apakah menghadiri majlisnya orang alim juga lebih utama daripada membaca Al Qur’an, wahai Rasulullah? Rasulullah menjawab, ” .”وهل ينفع القرآن إلا بالعلم
Artinya : Al qur’anpun tidak bermanfaat kecuali dengan memakai ilmu.
(Lihat Ihya’ 1/10)
- Karena ilmu itu peninggalan para nabi. Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam bersabda :
إن الأنبياء لم يورثوا دينارا ولا درهما إنما ورثوا العلم فمن أخذ به أخذ بحظ وافر
Artinya : Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dirham dan dinar.Para nabi hanya mewariskan ilmu. Oleh karena itu, barang siapa mengambil ilmu, maka berarti dia mengambil bagian yang sempurna.
- Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Sayyidina Abdillah bin Mas’ud disebutkan bahwa suatu hari Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam membuat satu garis. Lalu beliau bersabda,” inilah jalan Allah”. Lalu beliau membuar garis-garis yang banyak dikanan dan kiri garis yang pertama tadi. Lalu beliau bersabda,” Garis-garis yang banyak ini adalah jalan-jalan syetan, pada tiap garis ini terdapat syetan yang mengajak pada jalannya”. Lalu Rasulullah membaca ayat:
وأن هذا صراطي مستقيما فاتبعوه ولا تتبعوا السبل(الأنعام 153)
Sambil menunjuk pada garis –garis tersebut. Lalu bagaimana mungkin seseorang yang ingin berjalan dijalan Allah dan ingin mendapat ridho Allah bisa membedakan antara jalan Allah dan jalan syetan tanpa cahaya ilmu agama. Dan bagaimana mungkin seseorang bisa mendapatkan cahaya ilmu agama tanpa belajar dari seorang guru. Oleh karena itu Al Imam Alghozali menyebutkan:
فكذلك المريد يحتاج إلى شيخ وأستاذ يقتدى به لا محالة ليهديه إلى سواء السبيل فإن سبيل الدين غامض وسبل الشيطان كثيرة ظاهرة، فمن لم يكن له شيخ يهديه قاده الشيطان إلى طرقه لا محالة،
Artinya: Begitu juga seorang murid pasti butuh pada guru dan ustad yang diikuti, supaya bisa menunjukkan pada jalan yang benar. Karena jalan agama ini samar, sedangkan jalan-jalan syetan itu banyak dan jelas. Oleh karena itu, barang siapa tidak punya guru yang bisa menunjukkan pada jalan yang benar, maka pasti akan dituntun oleh syetan menuju jalan-jalannya.( Lihat kitab Ihya’ 3/73)
- Alqur’an adalah kitab yang berisi petunjuk dan aturan mahluk yang langsung dari sang pencipta makhluk yaitu Gusti Allah Ta’ala. Kandungan Alqur’an kemudian diterangkan oleh Nabi. Keterangan dari Nabi dinamakan Hadits yang lalu dijabarkan lagi oleh Ulama. Petunjuk dan aturan yang ada dalam Alqur’an bertujuan supaya mahluk selamat dan bahagia dhohir batin didunia dan di akhirat, tidak hanya didunia ini saja. Pemikiran dan resep kehidupan yang arahnya hanya kesenangan dunia saja dengan melupakan dan mengesampingkan akhirat ini diperangi habis-habisan oleh al Qur’an dan sunnah. Inilah bedanya antara Al qur’an dan resep selain Alqur’an yang orientasinya hanya kesenangan dunia saja, dan itupun hanya dari segi dhohir saja. Karena Alqur’an berisi petunjuk dan aturan yang langsung dari Sang Pencipta yaitu Gusti Allah Ta’ala, maka petunjuk alqur’an itu lengkap dan menyeluruh serta paling cocok dan paling sesuai. Ibaratnya, buku panduan penggunaan dan perawatan sepeda motor Honda yang langsung dikeluarkan oleh pabrik Honda pasti lebih cocok dan lebih bagus untuk sepeda motor Honda dibanding buku panduan lain yang tidak dikeluarkan oleh pabrik Honda. Artinya , bila sepeda motor Honda tersebut taat mengikuti buku panduan penggunaan dan perawatan yang dikeluarkan oleh pabrik Honda, pastilah sepeda motor tersebut akan stabil. Begitu juga manusia yang taat mengikuti petunjuk dan aturan sang pencipta yang ada dalam alqr’an, maka hidupnya akan selamat dan bahagia dhohir batin didunia dan akhirat. Dan di majlis-majlis ilmulah petuntu-petunjuk Alqur’an dan sunnah itu ditanamkan.
Allah ta’ala berfirman dalam surat Al Baqoroh ayat 120 yang artinya Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang benar)”.
- Mengukuhkan kebaikan. Artinya, seumpama seorang anak berbakti kepada kedua orang tuanya disebabkan kasih sayangnya anak tersebut kepada orang tuanya, karena mengingat orang tuanya telah melahirkannya dan merawatnya dari kecil. Maka setelah orang tersebut belajar agama, berbaktinya seorang anak kepada kedua orang tuanya tidak hanya karena kasih sayang, tapi juga karena mentaati perintah Allah Ta’ala. Sehingga bilasuatu saat perasaan kasih sayangnya anak kepada orang tuanya berkurang atau hilang samasekali disebabkan kecewa misalnya. Maka anak tetap berbakti kepada kedua orang tuanya karena mentaati perintah Allah Ta’ala.
- Karena keputusan Bahtsul masail Nahdlatul Ulama wilayah Jawa Timur di Pondok Pesantren Salafiyah Sukorejo Asembagus Situbondo Tahun 1982, disitu disebutkan:
Pertanyaan:
Bagaimana hukumnya orang wajib menunaikan menuntut ilmu-ilmu fardlu ain. Dia sebelum menuntut ilmu-ilmu fardlu ain sudah pindah menuntut ilmu-ilmu fardlu kifayah apalagi ilmu yang di sunahkan. Boleh atau tidak ?
Jawaban : Hukumnya haram dan termasuk dosa besar.
( Lihat Keputusan Bahtsul Masail Syuriyah Nahdlatul Ulama wilayah Jawa Timur Hal.109)
- Karena besarnya pahala mencari ilmu agama. Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam Bersabda:
حضور مجلس عالم أفضل من صلاة ألف ركعة وعيادة ألف مريض وشهود ألف جنازة
Artinya: menghadiri majlisnya orang alim itu lebih utama daripada sholat seribu rokaat, menjenguk seribu orang sakit dan menghadiri seribu jenazah.
Dalam hadits lain Rasulullah bersabda :
نَوْمُ العَالِمِ أَفْضَلُ مِنْ عِبَادَةِ الجَاهِل
Artinya: Tidurnya orang alim (berilmu) itu lebih utama daripada ibadahnya orang bodoh.
Dan masih sangat banyak hadits-hadits yang lain yang senada dengan kedua hadits diatas.
- Karena Gusti Allah Ta’ala berfirman :
ô`tBur uÚtôãr& `tã Ìò2Ï ¨bÎ*sù ¼ã&s! Zpt±ÏètB %Z3Y|Ê ¼çnãà±øtwUur uQöqt ÏpyJ»uÉ)ø9$# 4yJôãr& ÇÊËÍÈ tA$s% Éb>u zOÏ9 ûÓÍ_s?÷|³ym 4yJôãr& ôs%ur àMZä. #ZÅÁt/ ÇÊËÎÈ tA$s% y7Ï9ºxx. y7÷Gs?r& $uZçF»t#uä $pktJÅ¡uZsù ( y7Ï9ºxx.ur tPöquø9$# 4Ó|¤Yè? ÇÊËÏÈ
Artinya: 124. dan Barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam Keadaan buta”.
125. berkatalah ia: “Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam Keadaan buta, Padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?”
126. Allah berfirman: “Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, Maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan”.
20. Karena Gusti Allah Ta’ala berfirman:
`tBur c%x. Îû ÿ¾ÍnÉ»yd 4yJôãr& uqßgsù Îû ÍotÅzFy$# 4yJôãr& @|Êr&ur WxÎ6y ÇÐËÈ
72. dan Barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar).
Sedangkan hati itu bisa terang disebabkan cahaya ilmu.
- Karena Gusti Allah Ta’ala berfirman:
`tBur ß·÷èt `tã Ìø.Ï Ç`»uH÷q§9$# ôÙÍhs)çR ¼çms9 $YZ»sÜøx© uqßgsù ¼çms9 Ö`Ìs% ÇÌÏÈ öNåk¨XÎ)ur öNåktXrÝÁus9 Ç`tã È@Î6¡¡9$# tbqç7|¡øtsur Nåk¨Xr& tbrßtGôgB ÇÌÐÈ
36. Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan yang Maha Pemurah (Al Quran), Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) Maka syaitan Itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.
37. dan Sesungguhnya syaitan-syaitan itu benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk.
والله اعلم بالصواب
سنن الترمذي – (ج 5 / ص 48)
إن الأنبياء لم يورثوا دينارا ولا درهما إنما ورثوا العلم فمن أخذ به أخذ بحظ وافر
- سبل السلام – (ج 4 / ص 205)
- معاوية رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: “من يرد الله به خيرا يفقهه في الدين” متفق عليه الحديث دليل على عظمة شأن التفقه في الدين وأنه لا يعطاه إلا من أراد الله به خيرا عظيما كما يرشد إليه التنكير ويدل له المقام والفقه في الدين تعلم قواعد الإسلام ومعرفة الحلال والحرام ومفهوم الشرط أن من لم يتفقه في الدين لم يرد الله به خيرا وقد ورد هذا المفهوم منطوقا في رواية أبي يعلى ومن لم يفقه لم يبال الله به
فيض القدير – (ج 1 / ص 333)
(إذا أراد الله بعبد خيرا فقهه في الدين وألهمه رشده) أي وفقه لإصابة الرشد وهو إصابة الحق ذكره القاضي.
قال الزمخشري : والرشد الاهتداء لوجوه المصالح قال تعالى * (فإن آنستم منهم رشدا فادفعوا إليهم أموالهم) * ومعنى إضافته إليه أنه رشد له شأن.
قال السمهودي ومفهومه أن من لم يفقهه في الدين ولم يرشده لم يرد به خيرا وقد أخرجه أبو نعيم وزاد في آخره ومن لم يفقهه في الدين لم يبال الله به وكذا أبو يعلى لكنه قال : ومن لم يفقهه لم يبل به وفيه أن العناية الربانية وان كان غيبها عنا فلها شهادة تدل عليها ودلالة تهدي إليها فمن ألهمه الله الفقه في الدين ظهرت عناية الحق به وأنه أراد به خيرا عظيما كما يؤذن به التنكير وهذا التقرير كله بناء على أن المراد بالفقه علم الأحكام الشرعية الاجتهادية
- الجواب الكافي لابن القيم – (ج 1 / ص 48)
- إذا أطعت رضيت وإذا رضيت باركت وليس لبركتى نهايةالجواب الكافي لابن القيم – (ج 1 / ص 48)

